Search

Senin, 24 November 2014

TEMPAT WISATA BERSEJARAH DI BATAM

Di Batam juga terdapat tempat bersejarah.

Salah satunya adalah  Camp Vietnam
Camp Vietnam adalah suatu area tidak berpenghuni yang dulunya merupakan tempat pengungsi Vietnam yang dikenal dengan sebutan Manusia Perahu untuk mencari perlindungan atau suaka pasca terjadinya konflik internal antara Vietnam Utara dan Vietnam Selatan sekitar tahun 1979.  Dalam area seluas sekitar 80 hektar ini tersebar benda-benda dan bangunan-bangunan yang akan memberikan gambaran kehidupan para pengungsi dengan sejarah yang pilu ini.


Di masa perang saudara di Vietnam tahun 1979, ratusan ribu penduduk Vietnam Selatan mengungsi dari negaranya demi alasan kemanan. Mereka mengungsi dengan menggunakan perahu-perahu kayu sederhana yang kondisinya memprihatinkan karena dalam satu perahu bisa ditempati 40-100 orang. Berbulan-bulan para ‘Manusia Perahu’ ini terombang-ambing mengarungi perairan Laut Cina Selatan sejauh ribuan kilometer tanpa tujuan yang jelas dengan harapan mendapat perlindungan deari negara lain. Sebagian dari mereka ada yang meninggal di tengah lautan dan sebagian lagi berhasil mencapai daratan, termasuk wilayah Indonesia.

Pengungsi pertama yang yang mendarat di Indonesia adalah di Kepulauan Natuna bagian utara pada tanggal 22 Mei 1975, sebanyak 75 orang. Pengungsi yang jumlahnya masih sedikit ini awalnya ditampung oleh masyarakat setempat, hingga akhirnya perahu-perahu pengungsi lain juga berdatangan, termasuk di Kepulauan Anambas dan Pulau Bintan. Gelombang pengungsi ini menarik perhatian Komisi Tinggi Urusan Pengungsi PBB (UNHCR) dan Pemerintah Indonesia. Setelah mengevaluasi beberapa pulau di sekitar Pulau Bintan, berdasarkan alasan kemudahan menyalurkan pengungsi ke negara ketiga, area yang cukup luas untuk menampung 10.000 pengungsi, kemudahan isoler, serta kemudahan akses, akhirnya diputuskanlah Pulau Galang, tepatnya di Desa Sijantung, Kepulauan Riau sebagai tempat penampungan sementara bagi para pengungsi.

Di Pulau Galang para pengungsi Vietnam meneruskan hidupnya hingga tahun 1995, sampai akhirnya mereka mendapat suaka di negara-negara maju yang mau menerima mereka ataupun dipulangkan ke Vietnam. Para pengungsi tersebut hidup terisolasi di dalam area seluas 80 hektar dan tertutup interaksinya dengan penduduk setempat. Hal ini dilakukan untuk mempermudah pengawasan, pengaturan, penjagaan keamanan, sekaligus untuk menghindari penyebaran penyakit kelamin Vietnam Rose yang dibawa para pengungsi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar